The first quarter of 2016
sepertinya menjadi yang ter-hectic sepanjang tahun ini dan saya gak aktif di blog lagi karena sedang persiapan kuliah magister atau pascasarjana yang butuh fokus, tenaga,
materi, utamanya pikiran yang terkuras. Akhir tahun 2015 saya habiskan dengan belajar
intensif untuk ujian TOEFL yang hasilnya kikis ke target dan tetap gak sampe,
sedih! Dan sampe bulan maret saya masih bingung mau ambil
konsentrasi apa jadi saya merenung satu tahun terakhir saya ngapain aja -__- so
so an sibuk di kantor bisa jadi juga karena urusan asmara dan galau-galau gak
jelas yang tidak patut di tiru bahkan tidak pantas di tuliskan disini, jadi
curhat! Oke langsung saja, pertama yang bikin saya heboh sendiri itu adalah kelengkapan
berkas utama yaitu persyaratan kemampuan Bahasa Inggris yang biasa dikenal
dengan TOEFL, karena saya ambilnya ITP TOEFL saya belajar pake buku Longman karangan Deborah Philips, bisa di dapat di loakan atau beli online. Buku nya gampang
dipahami, mudah, dan trik nya ngena. Kemudian sebulan sebelum Test harus sering
baca-baca English text bisa majalah, komik, atau artikel apa saja biar terbiasa
sama reading section nya, triknya ini namanya ER atau extension reading pokonya
harus tiap hari baca English Text intinya PERBANYAK LATIHAN. Oya, soal-soal ETS
itu bagi saya sulit, menurut saya tidak segampang yang diajarkan buku-buku dan
kursus-kursus jadi tetap usahakan menambah kosa kata dan jangan terlalu
berpatokan dengan soal-soal buku. Soal-soal ETS juga disegel dan dibuka cuman
pada hari ujian oleh panitia didepan semua peserta ujian, masih tersegel macam
hologram -_- . Sertifikat keluar selambat-lambatnya dua minggu setelah
ujian, jadi manajemen waktu sangat penting disini, jangan sampe ketinggalan
deadline hanya karena sertifikat yang belum keluar. Hati-hati!!!
Persiapan dokumen kelar,
dan waktunya nyebar berkas. Pertama saya ikut KGSP 2016
alias Beasiswa Tahunan dari Pemerintah Korea <Deadline beasiswa ini biasanya
Februari tiap tahun>. Semua form sudah saya isi, berkas pribadi lengkap tapi
kurang di Surat Rekomendasi yang hanya satu itu yang buat saya batal ikut
seleksi program ini, saya hanya punya waktu 1 minggu sebelum deadline karena
saya dapat informasi ini memang pas H-7. Tanda tangan asli di surat rekomendasi
dari dosen di kampus saya yang di Luar Kota saya rasa waktunya tidak cukup
belum lagi saat itu teman-teman yang saya hubungi lagi sibuk dengan skripsi,
saya berat hati untuk ganggu jadi saya memutuskan untuk minta ke Prof di satu
kota domisilinya dengan saya tetapi berujung saya di ceramahi abis-abisan
karena gak masuk organisasi macam HMI. Tapi nasihat-nasihat Prof itu banyak
yang saya petik hikmahnya intinya give give dan always give.
Seleksi berikutnya yang saya
ikuti itu adalah Turkiye Burslari, Beasiswa Tahunan Pemerintah Turki. Deadline
beasiswa ini tiap tahun biasanya Maret, dan harus ekstra sabar dan teliti
karena sistemnya apply online, sampe upload berkas juga online. Persiapan
Turkiye Burslari ini numpuk sama Australian Awards Scholarship selanjutnya saya
sebut AAS yang dibuka biasanya di bulan Februari hingga 30 April apply all
online, dan beasiswa impian utama saya yaitu Fulbright yang deadline 15 April
tiap tahunnya dengan system kirim berkas ke kantor AMINEF di Jakarta.
Pendaftaran ITB juga berakhir pada 17 April dan ujian masuk di adakan 22, 23
April. Parahnya lagi saya ngikut nyari uang jajan tambahan sebagai pencacah di
Kantor Statistik yang pake pelatihan tiga hari dan di asramakan di bulan April
juga. Alhamdulillah saya sehat walafiat di beri rezki kesehatan dan
tenaga luar biasa di Bulan april 2016 ini. Qudrotuka Ya Rab.
Ujian masuk ITB yaitu ujian TPA
yang di adakan BAPPENAS dan wawancara jurusan, saya keder duluan (jangan
ditiru) liat teman-teman alias pesaing-pesaing yang rata-rata lulusan
universitas negri ternama di Indonesia, wawancara di tanya tentang waktu kuliah
S1 ngapain aja, kenapa masuk jurusan ini, rencana studi, kenapa milih ITB, sama
sedikit teori. Kalau TPA BAPPENAS , sudahlah lupakan saya berat bahasnya…
ternyata seoon nya saya skor keluar Alhamdulillah di atas standar ITB. ajaib
pokoknya tanpa belajar (jangan ditiru lagi) maklum kaget liat Bandung rada
kampungan harusnya fokus ujian tapi maen gak ketulungan. Sedangkan bagian terpenting dari AAS (Australian Awards
Scholarship) itu adalah jurusan dan alasan memilihnya, saya ikut presentasi
beasiswa AAS ini yang padahal sudah saya baca online tetapi yang saya cari di
perkumpulan ini adalah koneksi, ya intinya saya bisa konsultasikan trik-trik
essay biar menarik sama alumni-alumni AAS. Kalau ada pameran beasiswa intinya
datang aja, atmosfer positif nya banyak, dan untuk recharge semangat.
Bagian paling krusial dari
Fulbright adalah Study Objective atau SO yang harus ditulis paling tidak satu
bulan sebelum deadline. Tulis lalu tinggalkan seminggu atau tidak lima hari
kemudian baca lagi, pasti banyak yang di ganti dan akan banyak ide baru. Tata
Bahasa jangan lupa, SO saya periksakan ke teman yang kuliah di
Birmingham dan Leicester. Dan saya periksakan juga ke
guru les saya yang Native Speaker, tapi tetap ingat, jangan sampe essay atau SO
mu kebanyakan di periksa dan mengikuti kemauan mereka sehingga kehilangan jati
diri kamu. SO itu harus ada ruh kita hehe mewakili diri kita dalam satu
halaman.
Sembari menunggu
pengumuman-pengumuman program di atas, saya masih menunggu jodoh maksudnya
beasiswa lainnya dan sedang berjuang meningkatkan skor TOEFL maunya 900 salah 600 harusnya, memperdalam teori (banyak baca), softskill, dan saya resign dari kantor agar pikiran tidak terbagi dan fokus. Intinya
saya kalau di beri kesempatan ngantor lagi tidak ingin setengah-setengah.
Wkwkwk ^^
Sekian kisah daftar-daftaran saya yang semangatnya fluktuatif walaupun akhirnya saya milih
kerja juga wkwk. Terakhir,, mari kita tanamkan dalam diri bahwa Rencana Tuhan
itu selalu yang terbaik.