Sabtu, 28 Mei 2016

CHOICE

The first quarter of 2016 sepertinya menjadi yang ter-hectic sepanjang tahun ini dan saya gak aktif di blog lagi karena sedang persiapan kuliah magister atau pascasarjana yang butuh fokus, tenaga, materi, utamanya pikiran yang terkuras. Akhir tahun 2015 saya habiskan dengan belajar intensif untuk ujian TOEFL yang hasilnya kikis ke target dan tetap gak sampe, sedih! Dan sampe bulan maret saya masih bingung mau ambil konsentrasi apa jadi saya merenung satu tahun terakhir saya ngapain aja -__- so so an sibuk di kantor bisa jadi juga karena urusan asmara dan galau-galau gak jelas yang tidak patut di tiru bahkan tidak pantas di tuliskan disini, jadi curhat! Oke langsung saja, pertama yang bikin saya heboh sendiri itu adalah kelengkapan berkas utama yaitu persyaratan kemampuan Bahasa Inggris yang biasa dikenal dengan TOEFL, karena saya ambilnya ITP TOEFL saya belajar pake buku Longman karangan Deborah Philips,  bisa di dapat di loakan atau beli online. Buku nya gampang dipahami, mudah, dan trik nya ngena. Kemudian sebulan sebelum Test harus sering baca-baca English text bisa majalah, komik, atau artikel apa saja biar terbiasa sama reading section nya, triknya ini namanya ER atau extension reading pokonya harus tiap hari baca English Text intinya PERBANYAK LATIHAN. Oya, soal-soal ETS itu bagi saya sulit, menurut saya tidak segampang yang diajarkan buku-buku dan kursus-kursus jadi tetap usahakan menambah kosa kata dan jangan terlalu berpatokan dengan soal-soal buku. Soal-soal ETS juga disegel dan dibuka cuman pada hari ujian oleh panitia didepan semua peserta ujian, masih tersegel macam hologram -_- . Sertifikat keluar selambat-lambatnya dua minggu setelah ujian, jadi manajemen waktu sangat penting disini, jangan sampe ketinggalan deadline hanya karena sertifikat yang belum keluar. Hati-hati!!!

Persiapan dokumen kelar, dan waktunya nyebar berkas. Pertama saya ikut KGSP 2016 alias Beasiswa Tahunan dari Pemerintah Korea <Deadline beasiswa ini biasanya Februari tiap tahun>. Semua form sudah saya isi, berkas pribadi lengkap tapi kurang di Surat Rekomendasi yang hanya satu itu yang buat  saya batal ikut seleksi program ini, saya hanya punya waktu 1 minggu sebelum deadline karena saya dapat informasi ini memang pas H-7. Tanda tangan asli di surat rekomendasi dari dosen di kampus saya yang di Luar Kota saya rasa waktunya tidak cukup belum lagi saat itu teman-teman yang saya hubungi lagi sibuk dengan skripsi, saya berat hati untuk ganggu jadi saya memutuskan untuk minta ke Prof di satu kota domisilinya dengan saya tetapi berujung saya di ceramahi abis-abisan karena gak masuk organisasi macam HMI. Tapi nasihat-nasihat Prof itu banyak yang saya petik hikmahnya intinya give give dan always give.

Seleksi berikutnya yang saya ikuti itu adalah Turkiye Burslari, Beasiswa Tahunan Pemerintah Turki. Deadline beasiswa ini tiap tahun biasanya Maret, dan harus ekstra sabar dan teliti karena sistemnya apply online, sampe upload berkas juga online. Persiapan Turkiye Burslari ini numpuk sama Australian Awards Scholarship selanjutnya saya sebut AAS yang dibuka biasanya di bulan Februari hingga 30 April apply all online, dan beasiswa impian utama saya yaitu Fulbright yang deadline 15 April tiap tahunnya dengan system kirim berkas ke kantor AMINEF di Jakarta. Pendaftaran ITB juga berakhir pada 17 April dan ujian masuk di adakan 22, 23 April. Parahnya lagi saya ngikut nyari uang jajan tambahan sebagai pencacah di Kantor Statistik yang pake pelatihan tiga hari dan di asramakan di bulan April juga. Alhamdulillah saya sehat walafiat di beri rezki kesehatan dan tenaga luar biasa di Bulan april 2016 ini. Qudrotuka Ya Rab. 

Ujian masuk ITB yaitu ujian TPA yang di adakan BAPPENAS dan wawancara jurusan, saya keder duluan (jangan ditiru) liat teman-teman alias pesaing-pesaing yang rata-rata lulusan universitas negri ternama di Indonesia, wawancara di tanya tentang waktu kuliah S1 ngapain aja, kenapa masuk jurusan ini, rencana studi, kenapa milih ITB, sama sedikit teori. Kalau TPA BAPPENAS , sudahlah lupakan saya berat bahasnya… ternyata seoon nya saya skor keluar Alhamdulillah di atas standar ITB. ajaib pokoknya tanpa belajar (jangan ditiru lagi) maklum kaget liat Bandung rada kampungan harusnya fokus ujian tapi maen gak ketulungan. Sedangkan bagian terpenting dari AAS (Australian Awards Scholarship) itu adalah jurusan dan alasan memilihnya, saya ikut presentasi beasiswa AAS ini yang padahal sudah saya baca online tetapi yang saya cari di perkumpulan ini adalah koneksi, ya intinya saya bisa konsultasikan trik-trik essay biar menarik sama alumni-alumni AAS. Kalau ada pameran beasiswa intinya datang aja, atmosfer positif nya banyak, dan untuk recharge semangat.

Bagian paling krusial dari Fulbright adalah Study Objective atau SO yang harus ditulis paling tidak satu bulan sebelum deadline. Tulis lalu tinggalkan seminggu atau tidak lima hari kemudian baca lagi, pasti banyak yang di ganti dan akan banyak ide baru. Tata Bahasa jangan lupa, SO saya periksakan ke teman yang kuliah di Birmingham dan Leicester. Dan saya periksakan juga ke guru les saya yang Native Speaker, tapi tetap ingat, jangan sampe essay atau SO mu kebanyakan di periksa dan mengikuti kemauan mereka sehingga kehilangan jati diri kamu. SO itu harus ada ruh kita hehe mewakili diri kita dalam satu halaman. 

Sembari menunggu pengumuman-pengumuman program di atas, saya masih menunggu jodoh maksudnya beasiswa lainnya dan sedang berjuang meningkatkan skor TOEFL maunya 900 salah 600 harusnya, memperdalam teori (banyak baca), softskill, dan saya resign dari kantor agar pikiran tidak terbagi dan fokus. Intinya saya kalau di beri kesempatan ngantor lagi tidak ingin setengah-setengah. Wkwkwk ^^


Sekian kisah daftar-daftaran saya yang semangatnya fluktuatif walaupun akhirnya saya milih kerja juga wkwk. Terakhir,, mari kita tanamkan dalam diri bahwa Rencana Tuhan itu selalu yang terbaik. 
designed by Charming Templates